Analisis Network Planning Dengan CPM (Critical Path Methode) Dalam Rangka Efisiensi Waktu Dan Biaya Proyek Pembangunan Jalan Segitiga Ujung Batu (Studi Kasus Pada CV. Kenari Bangkit Jepara) (011)


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dampak krisis moneter sampai pada saat ini masih sangat dirasakan oleh bangsa Indonesia. Berbagai permasalahan yang semakin kompleks menjadikan perekonomian di Indonesia menjadi semakin tidak stabil. Hal ini mendorong setiap perusahaan untuk dapat lebih meningkatkan potensi sumberdaya-sumberdaya yang dimiliki dengan dilengkapi teknologi yang ada, agar perusahaan bisa bertahan dalam persaingan, baik secara regional, nasional, maupun global. Perusahaan yang tidak mampu bersaing akan mengalami kekalahan atau kemerosotan, bahkan banyak diantara perusahaan-perusahaan yang ada di Indonesia mengalami gulung tikar. Hal ini disebabkan karena perusahaan-perusahaan tersebut tidak mampu bersaing dalam berbagai hal, yang diantaranya bersaing dalam waktu dan biaya produksi. Dalam kaitannya dengan waktu dan biaya produksi, perusahaan harus bisa seefisien mungkin dalam penggunaan waktu di setiap kegiatan atau aktivitas, sehingga biaya dapat diminimalkan dari rencana semula.

Proyek merupakan kegiatan sementara yang berlangsung dalam jangka waktu terbatas, dengan alokasi sumberdaya tertentu dan bertujuan untuk melaksanakan tugas yang sasarannya telah digariskan dengan jelas. Kegiatan proyek dalam proses mencapai hasil akhirnya dibatasi oleh waktu dan biaya. Berbeda dengan kegiatan operasional, proyek sifatnya dinamis, tidak rutin, multi kegiatan dengan intensitas yang berubah-ubah, serta memiliki siklus yang pendek. Pelaksanaan proyek dalam organisasi pada umumnya dilakukan untuk mencapai tujuan khusus, aktivitasnya ditentukan dengan jelas kapan dimulai dan kapan berakhir, serta adanya pembatasan dana untuk menjalankan aktivitas proyek tersebut.

Manajemen proyek adalah perencanaan, pengkoordinasian, dan pengawasan secara teliti menyangkut berbagai macam kegiatan. Manajemen proyek merupakan suatu cabang khusus dalam manajemen. Bidang ini tumbuh dan berkembang karena adanya kebutuhan dalam dunia industri modern untuk mengkoordinasi dan mengendalikan berbagai kegiatan yang kian kompleks. Dalam hal ini manajemen proyek bukanlah satu-satunya contoh ketrampilan yang diciptakan untuk menghadapi tantangan yang diakibatkan oleh perkembangan kegiatan industri. Cara mempertahankan kelangsungan hidup dengan melakukan spesialisasi sesungguhnya bukanlah suatu cara yang khas dalam dunia industri.

Manajemen proyek mempunyai tahapan-tahapan yaitu perencanaan, penjadualan, dan pengawasan. Manajemen proyek tidak dapat melaksanakan kegiatan proyek sebelum diadakannya perundingan atau kontrak kerja yang merupakan kegiatan yang terjadi diantara pemberi perintah dan pelaksana proyek sehingga ada kesepakatan antara dua belah pihak. Dengan adanya kontrak kerja maka pelaksanaan proyek dapat segera dilaksanakan. Tujuan manajemen proyek adalah melakukan tugas dengan sebaik-baiknya sesuai dengan waktu dan biaya yang telah ditetapkan agar penyelesaian proyek tepat sasaran. Untuk keperluan ini, manajemen proyek dapat menerapkan analisis Network. Analisis Network dapat membantu dalam menyusun perencanaan penyelesaian proyek dengan waktu dan biaya yang paling efisien. Disamping itu, Network dengan metode Critical Path Methode (CPM) dan Program Evaluation Review and Technique (PERT) juga dapat dipergunakan sebagai alat pengawasan yang cukup baik untuk penyelesaian proyek.

CPM adalah metode yang berorientasi pada waktu yang mengarah pada penentuan jadwal dan estimasi waktunya bersifat diterministik/pasti. Sedangkan PERT adalah metode yang berorientasi pada waktu yang mengarah pada penentuan jadwal dan waktunya bersifat probabilistik/kemungkinan. Dalam penelitian ini digunakan metode CPM. Alat ini diharapkan dapat dipakai untuk mengontrol koordinasi berbagai kegiatan dalam suatu pekerjaan sehingga proyek dapat diselesaikan dalam jangka waktu yang tepat juga dapat membantu perusahaan dalam mengadakan perencanaan dan pengendalian proyek dengan waktu dan biaya yang lebih efisien.

CV. Kenari Bangkit merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa kontraktor. Dalam menjalankan usahanya, CV. Kenari Bangkit belum menggunakan metode diagram network dalam merencanakan waktu dan biaya yang dibutuhkan. Selama ini perusahaan dalam menentukan waktu dan biaya yang dibutuhkan hanya berdasarkan pengalaman. Perusahaan seringkali mendapatkan masalah dalam waktu penyelesaian proyek karena waktu penyelesaian tidak sesuai dengan waktu yang telah disepakati sebelumnya. Hal ini akan berdampak buruk bagi perusahaan, diantaranya memperburuk image perusahaan yang terkesan tidak mampu menyelesaikan proyek sesuai kontrak yang telah disepakati. Selain itu perusahaan akan mengeluarkan biaya yang lebih banyak dengan tidak tepatnya waktu penyelesaian proyek.

Berdasarkan latar belakang masalah maka perlu dilakukan penelitian dengan judul " Analisis Network Planning Dengan CPM (Critical Path Methode) Dalam Rangka Efisiensi Waktu Dan Biaya Proyek Pembangunan Jalan Segitiga Ujung Batu (Studi Kasus Pada CV. Kenari Bangkit Jepara)”.

1.2 Perumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah "Bagaimana Menetapkan Waktu dan Biaya Proyek Pembangunan Jalan Segitiga Ujung Batu yang Efisien Dengan Network Planning Menggunakan CPM (Critical Path Methode) ?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menetapkan waktu dan biaya proyek pembangunan jalan segitiga ujung batu yang efisien dengan Network Planning menggunakan CPM (Critical Path Methode).

1.3.2 Manfaat Penelitian

a. Bagi perusahaan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan masukan bagi perusahaan dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan kebijaksanaan pelaksanaan proyek.

b. Bagi pihak lain hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan acuan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya dalam ilmu manajemen operasional dan dapat digunakan sebagai bahan kajian untuk penelitian yang akan datang.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hasil Penelitian Terdahulu

Penelitian sejenis telah dilakukan oleh Arianti (2002) dengan judul Penerapan Diagram Network dengan CPM Dalam Efiensi Waktu dan Biaya Studi Kasus di Perusahaan Garmen Collection Malang dapat diketahui adanya perbedaan waktu dan biaya sebelum dan sesudah penerapan Diagram Network dengan CPM. Hasil analisis adalah sebagai berikut:

Dengan menggunakan metode jalur kritis, penyelesaian produksi yang biasanya memerlukan waktu selama 2520 menit dengan biaya sebesar Rp. 1.732.700,- dapat dipercepat berdasarkan analisis Network dengan waktu selama 2160 menit dengan biaya sebesar Rp. 1.762.220,-. Jadi ada penghematan waktu 360 menit dengan tambahan biaya Rp. 29.520,- dari rencana perusahaan. Berdasarkan hasil ini maka keputusan yang diambil adalah memiliki waktu yang dipercepat karena lebih efisien dengan konsekuensi tambahan biaya yang harus dikeluarkan yaitu Rp. 29.529,-. dibandingkan waktu normal dengan denda sebesar Rp. 48.000,-.

Penelitian yang dilakukan oleh Sakdiyah (2004) dengan judul Network Planning Dengan CPM Dalam Usaha Meningkatkan Efisiensi Biaya dan Waktu Pada Proyek Pembangunan Perkantoran di PT. Nilano Malang. Hasil analisis adalah sebagai berikut:

Dengan menggunakan metode CPM dalam mengadakan perencanaan dan pengendalian proyek, maka proyek dapat dipersingkat waktu penyelesaiannya. Waktu sebelum percepatan atau waktu normal yang dibutuhkan dalam penyelesaian proyek adalah 225 hari dengan biaya yang harus dikeluarkan adalah sebesar Rp. 470.089.485,-. Laba kotor yang diperoleh lebih rendah karena perusahaan harus membayar denda 1,5% dari nilai kontrak sebesar Rp. 528.199.000,-. Sedangkan berdasarkan waktu yang dipercepat selama 217 hari dengan biaya yang dibutuhkan lebih sedikit yaitu sebesar Rp. 463.777.111,- karena tidak harus membayar denda 1,5% dari nilai kontrak.

Penelitian yang lain dilakukan oleh Ghofar (2005) dengan judul Analisis Network Planning Dengan CPM Untuk Meningkatkan Efisiensi Waktu dan Biaya Pada Pembangunan Jembatan di CV. Putra Dewata dapat diketahui adanya perbedaan waktu dan biaya sebelum dan sesudah penerapan Diagram Network dengan CPM. Hasil analisis yang diperoleh adalah waktu sebelum percepatan atau waktu normal yang dibutuhkan dalam penyelesaian proyek adalah 60,2 hari dengan biaya Rp. 75.577.948, 55. Laba kotor yang diperoleh lebih rendah karena perusahaan harus membayar 1,5% dari nilai kontrak sebesar Rp. 81.786.000,-. Sedangkan berdasarkan waktu yang dipercepat selama 57,2 hari dengan biaya yang dibutuhkan lebih sedikit yaitu sebesar Rp. 74.559.158,55, karena tidak membayar denda 1,5% dari nilai kontrak.

2.2 Tinjauan Teori

2.2.1 Tinjauan Singkat Tentang Manajemen Proyek

Menurut Subagya (2000: 169) :

Proyek adalah suatu pekerjaan yang memiliki tanda-tanda khusus sebagai berikut, yaitu

1. Waktu mulai dan selesainya sudah direncanakan.

2. Merupakan suatu kesatuan pekerjaan yang dapat dipisahkan dari yang lain.

3. Biasanya volume pekerjaan besar dan hubungan antar aktifitas kompleks.

Render dan Heizer dalam Ariyoto (2001: 505) menyatakan “Proyek merupakan sebagai rangkaian tugas-tugas yang berkaitan yang diarahkan menuju ouput yang besar”.

Menurut Yamit (2000: 296) “Proyek adalah setiap pekerjaan yang memiliki kegiatan awal dan memiliki kegiatan akhir, dengan kata lain setiap pekerjaan yang dimulai pada waktu tertentu dan direncanakan selesai atau berakhir pada waktu yang telah ditetapkan”.

Lock dalam Jasjfi (1994: 15-17) menyatakan:

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam merumuskan dalam suatu proyek, yaitu:

1. Spesifikasi Pelanggan, yang meliputi permintaan dari pelanggan yang muncul dalam berbagai macam bentuk. Pelanggan memberikan gambar-gambar dan rencana atau memberikan uraian tertulis tentang sasaran proyek, dalam komunikasi selanjutnya antara pelanggan dan kontraktor, baik komunikasi lisan maupun tulisan. Permintaan semula mungkin mengalami perubahan, mungkin muncul ketentuan-ketentuan baru, tambahan, atau perubahan-perubahan lain.

2. Spesifikasi kontraktor, dimana kontraktor harus mengajukan usulan (proposal) mengenai cara-cara melaksanakan pekerjaan itu. Usulan itu kemudian dijadikan dasar bagi spesifikasi rancang (desain) sementara bagi kontraktor sendiri. Biasanya persyaratan yang ditentukan oleh spesifikasi pelanggan masih perlu diterjemahkan ke dalam bentuk yang sesuai dengan praktek dan kebiasaan kontraktor, serta dengan standar kualitas, metode teknik dan kemampuan kontraktor. Penghubungnya adalah spesifikasi rancang (design specification)

3. Spesifikasi produk, salah satu proyek yang mudah terancam kesulitan anggaran karena pembelanjaan yang meningkat adalah proyek-proyek pengembangan produk yang bertujuan untuk mengubah atau menambah rentang jenis produk perusahaan. Salah satu penyebabnya ialah kebiasan perancang, yaitu penyakit perbaikan yang berkepanjangan.

Yamit (2000: 296) menyatakan :

Manajemen proyek merupakan suatu perencanaan, pengkoordinasian, dan pengawasan secara teliti menyangkut berbagai macam kegiatan. Secara umum manajemen proyek mempunyai tiga tahapan sebagai berikut:

1. Perencanaan, yang meliputi identifikasi kegiatan, perkiraan waktu kegiatan, dan hubungan logika ketergantungan antar kegiatan, yaitu dengan metode CPM dan PERT yang menghasilkan diagram network.

2. Penjadualan, berdasarkan tahapan perencanaan dibuatlah penjadwalan sumberdaya yang diperlukan seperti tenaga kerja, mesin dan biaya untuk setiap pekerjaan.

3. Pengawasan, tahapan ini meliputi laporan perkembangan proyek, memperbaharui diagram network dalam setiap terjadi perubahan selama proyek berlangsung.

Render dan Heizer dalam Ariyoto (2001: 504-505) menyatakan:

Manajemen proyek besar mencakup tiga fase, yaitu:

1. Perencanaan, meliputi penetapan tujuan, pendefinisian proyek dan organisasi tim.

2. Penjadualan, ini menghubungkan orang, uang dan supplies ke aktifitas khusus dan menghubungkan aktifitas dengan yang lainnya.

3. Pengendalian, disinilah perusahaan mengawasi sumberdayanya, biayanya, kualitas dan anggaran, ini juga merevisi atau mengubah rencana dan mengganti sumberdaya untuk menepati waktu dan permintaan biaya.

Suatu bentuk organisasi yang baru, dibuat untuk meyakinkan program yang telah ada terus berjalan mulus atau lancar atas dasar hari kehari sementara proyek yang baru diselesaikan secara lengkap, ini disebut dengan organisasi proyek. Organisasi proyek adalah cara yang efektif untuk mengumpulkan orang dan sumberdaya fisik yang diperlukan untuk waktu yang terbatas untuk menyesuaikan proyek tertentu atau tujuan. Organisasi proyek berfungsi dengan baik pada saat:

1. Pekerjaan bisa didefinisikan dengan tujuan tertentu dengan batas waktunya.

2. Pekerjaan itu unik atau sesuatu yang tidak lazim atas organisasi yang ada.

3. Pekerjaan itu memuat tugas saling berkaitan yang kompleks yang membutuhkan keahlian tertentu.

4. Proyek bersifat temporer tapi sangat penting atau kritis terhadap perusahaan.

Handoko (1999:98) menyatakan:

Tujuan manajemen proyek adalah :

1. Tepat waktu (on time) yaitu waktu atau jadwal yang merupakan salah satu sasaran utama proyek, keterlambatan akan mengakibatkan kerugian, seperti penambahan biaya, kehilangan kesempatan produk memasuki pasar.

2. Tepat anggaran (on budget) yaitu biaya yang harus dikeluarkan sesuai dengan anggaran yang telah ditetapkan.

3. Tepat spesifikasi (on specification) dimana proyek harus sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan.

2.2.2 Pengertian Network Planning

Suatu kegiatan yang merupakan rangkaian penyelesaian pekerjaan haruslah direncanakan dengan sebaik-baiknya. Sedapat mungkin semua kegiatan atau aktivitas dalam perusahaan dapat diselesaikan dengan efisien. Semua aktivitas tersebut diusahakan untuk dapat selesai dengan cepat sesuai dengan yang diharapkan serta terintegrasi dengan aktivitas yang lainnya.

Dengan adanya Network, manajemen dapat menyusun perencanaan penyelesaian proyek dengan waktu dan biaya yang paling efisien. Pada prinsipnya Network tersebut digunakan untuk merencanakan penyelesaian berbagai macam pekerjaan/proyek.

Ahyari (1986: 457) menyatakan :

Pada prinsipnya Network Planning digunakan untuk merencakan penyelesaian berbagai macam pekerjaan, dengan menggunakan Network sebagai alat perencanaan dapatlah disusun perencanaan yang baik serta dapat diadakan realokasi tenaga kerja. Adapun keuntungan menggunakan analisis Network adalah sebagai berikut :

1. Mengorganisir data dan informasi secara sistematis.

2. Penentuan urutan pekerjaan.

3. Dapat menemukan pekerjaan yang dapat ditunda tanpa menyebabkan terlambatnya penyelesaian proyek secara keseluruhan sehingga dari pekerjaan tersebut dapat dihemat tenaga, waktu dan biaya.

4. Dapat menentukan pekerjaan-pekerjaan yang harus segera diselesaikan tepat pada waktunya, karena penundaan pekerjaan tersebut dapat mengakibatkan tertundanya penyelesaian secara keseluruhan.

5. Dapat segera mengambil keputusan apabila jangka waktu kontrak tidak sama dengan jangka waktu penyelesaian proyek secara normal.

6. Dapat segera menentukan pekerjaan-pekerjaan mana yang harus dikerjakan dengan lembur, atau pekerjaan mana yang harus di sub-kontrak-kan agar penyelesaian proyek secara keseluruhan dapat sesuai dengan permintaan konsumen.

Dari berbagai keuntungan penggunaan Network sebagai perencanaan tersebut, maka jelaslah bahwa Network sangat membantu manajemen untuk menyusun perencanaan.

Menurut Subagya (2000: 169) “Hubungan antar aktivitas ditunjukkan dengan network, yaitu jaringan kerja yang menggunakan simbol lingkaran untuk awal atau akhir aktivitas dan anak panah untuk kegiatan”.

2.2.3 Penyusunan Diagram Network

Untuk mempermudah penyelesaian proyek secara keseluruhan diperlukan adanya suatu diagram yang menunjukkan urutan pekerjaan.

Menurut Ahyari (1986: 457-459) :

Diagram Network merupakan proses pekerjaan secara visual. Cara menyusun Diagram Network :

a. Setiap pekerjaan untuk penyelesaian proyek secara keseluruhan ditulis didalam bentuk simbol misalnya angka atau huruf.

b. Waktu yang diperlukan ditulis disampingnya dan pekerjaan yang harus diselesaikan sebelum pekerjaan diselesaikan ditulis disebelah pekerjaan yang bersangkutan.

c. Setiap pekerjaan digambarkan dalam bentuk lingkaran dengan waktu yang dipergunakan untuk menyelesaikan pekerjaan dan tiap pekerjaan disusun menurut urutan yang telah ditentukan dan dihubungkan dengan anak panah.

Dalam metode ini dikenal simbol-simbol sebagai beerikut:

clip_image001 = anak panah penuh sebagai simbol daripada kegiatan

clip_image002 = lingkaran sebagai simbol daripada kejadian

clip_image003 = anak panah terputus-putus sebagai simbol aktifitas semu

Menurut Yamit (2000:297-305), dalam diagram Network perlu diperhatikan ketentuan-ketentuan sebagai berikut :

1. Simbol-simbol Diagram Network:

Simbol yang digunakan dalam Diagram Network adalah :

a. clip_image004Anak panah ( ) melambangkan kegiatan. Diatas anak panah ditulis kegiatan, sedangkan dibawah anak panah adalah waktu kegiatan.

b. clip_image005Lingkaran yang berarti event yang terjadi.

c. clip_image006Anak panah putus-putus ( ) berarti semu (dummy) kegiatan semu dimunculkan untuk menghindari 2 peristiwa atau lebih.

clip_image007Gambar 2.1

Diagram Network

Sumber : Lock dalam Kramadibrata (1999:226)

Keterangan :

clip_image008 = jalur kritis

clip_image009 = garis

clip_image010 = Dummy

2. Meghitung Saat Paling Cepat (SPC), SPC adalah saat paling cepat dan setiap kegiatan berada diantara dua peristiwa dan bila ada beberapa peristiwa maka dipilih waktu yang paling besar.

clip_image011

Li

Gambar 2.2

Hubungan Kegiatan

Sumber, Yamit (2000: 299)

Keterangan :

SPCi = Saat Paling Cepat untuk memulai kegiatan

SPCj = Saat Paling Cepat untuk menyelesaikan kegiatan

Li = Lama kegiatan

i = Nomer urut kegiatan

Rumus :

SPCj = Maks (SPCi + Li).

3. Menghitung Saat Paling Lambat (SPL), SPL adalah saat paling lambat yang berada dibagian bawah lingkaran untuk menyelesaikan kegiatan dan untuk memulai kegiatan, apabila terdapat dua kegiatan atau lebih maka SPL yang diambil adalah jumlah yang terkecil.

clip_image012

Li

Gambar 2.3

Hubungan Kegiatan

Sumber, Yamit (2000: 300)

Keterangan :

SPLi = Saat Paling Lambat untuk memulai kegiatan

SPLj = Saat Paling Lambat untuk menyelesaikan kegiatan

Li = Lama kegiatan

i = Nomer urut kegiatan

Rumus :

SPLi = Min (SPLj - Li).

2.2.4 Konsep Tentang Jalur Kritis

Suatu kegiatan lebih-lebih kegiatan yang merupakan rangkaian penyelesaian pekerjaan haruslah direncanakan dengan sebaik-baiknya, setelah menentukan perkiraan jalur kritis dalam jaringan yang merupakan rangkaian dari sejumlah kegiatan mulai awal hingga akhir.

Yamit (2000: 301) menyatakan "Jalur Kritis adalah jalur yang memiliki waktu terpanjang dari semua jalur yang dimulai dari peristiwa awal hingga peristiwa yang terakhir”.

Reksohadiprodjo (1995: 128) menyatakan “waktu longgar adalah jumlah waktu kegiatan tertentu dapat ditunda, tanpa menunda keseluruhan proyek. Bila waktu longgar nol maka kegiatan yang berada disepanjang jalur waktu longgar nol tersebut adalah kegiatan kritis dan jalurnya disebut jalur kritis, dengan demikian jalur kritis ini mengindentifikasikan kegiatan yang kritis agar dapat dilakukan usaha-usaha untuk meniadakannya sehingga proyek tidak tertunda”.

Ahyari (1986: 461) menyatakan:

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penentuan jalur kritis:

1. Penundaan pekerjaan-pekerjaan yang menjadi bagian dari jalur kritis (diluar jalur kritis) akan menyebabkan tertundanya penyelesaian proyek secara keseluruhan.

2. Penyelesaian proyek secara keseluruhan akan dapat dipercepat apabila pekerjaan-pekerjaan yang menjadi bagian dari jalur kritis dapat dipercepat penyelesaiannya. Dengan catatan pekerjaan-pekerjaan dipercepat masih merupakan bagian dari jalur kritis. Apabila dengan dipercepatnya pekerjaan yang menjadi bagian dari jalur, kemudian tidak jadi menjadi bagian dari jalur kritis, maka percepatan penyelesaian pekerjaan tersebut tidak sepenuhnya menjadi percepatan penyelesaian pekerjaan secara keseluruhan.

3. Kelonggaran waktu (slack) terdapat pada pekerjaan-pekerjaan yang tidak berada pada jalur kritis. Hal memungkinkan untuk diadakan realokasi tenaga kerja dari pekerjaan-pekerjaan yang menjadi bagian dari jalur kritis.

Dengan demikian waktu yang diperlukan untuk penyelesaian jalur kritis adalah sama dengan waktu untuk menyelesaikan proyek secara keseluruhan.

Menurut Yamit (2000: 301) “Kegunaan jalur kritis adalah untuk mengetahui kegiatan yang memiliki kepekaan sangat tinggi atas keterlambatan penyelesaian pekerjaan, atau disebut juga kegiatan kritis. Apabila kegiatan keterlambatan proyek maka akan memperlambat penyelesaian proyek secara keseluruhan meskipun kegiatan lain tidak mengalami keterlambatan”.

Kegiatan kritis memiliki SPC = SPL, baik untuk peristiwa awal maupun akhir dari kegiatan yang bersangkutan. SPC adalah saat paling cepat dimana kegiatan berada diantara dua peristiwa dan bila ada beberapa peristiwa maka dipilih waktu yang paling besar. Sedangkan SPL adalah saat paling lambat untuk menyelesaikan kegiatan dan bila terdapat beberapa kegiatan maka dipilih waktu yang paling kecil. Bila suatu peristiwa memilih SPC = SPL maka peristiwa tersebut dikatakan peristiwa kritis.

Menurut Ahyari (1986: 456) :

Dalam menyusun diagram network suatu proyek diperlukan data sebagai berikut :

1. Pekerjaan-pekerjaan yang harus dilaksanakan untuk menyelesaikan proyek tersebut secara keseluruhan.

2. Taksiran waktu yang diperlukan untuk setiap pekerjaan.

3. Urutan pekerjaan yang akan dilaksanakan.

4. Biaya untuk mempercepat setiap pekerjaan.

Untuk membuat jalur kritis maka diperlukan prosedur yang harus dilakukan.

Lock dalam Kramadibrata (1999: 234) menyatakan :

Prosedur yang paling biasa digunakan orang untuk menentukan jalur kritis adalah :

a. Skemanya dihitung terus dari awal sampai akhir dan kemudian dari akhir sampai permulaan.

b. Selisih antara saat permulaan yang paling dini dan saat permulaan yang paling akhir dan disebut kelonggaran.

c. Dititik dimana kelonggaran itu bernilai nol maka disitulah terletak jalur kritis.

Dengan diketahuinya prosedur jalur kritis dari setiap proyek maka manajemen dapat menentukan dengan cepat dan tepat terutama dalam perkiraan penyelesaian proyek.

2.2.5 Kelebihan Metode CPM/PERT

Menurut Srivastava (1995: 663) :

Kelebihan metode CPM/PERT adalah kemampuannya untuk memberikan jawaban terhadap pertanyaan kepada pimpinan proyek :

1. Kapan proyek tersebut selesai

2. Kapan setiap bagian masing-masing proyek direncanakan untuk dimulai serta diakhiri

3. Dari sejumlah pekerjaan pada proyek tersebut yang mana diantaranya tepat waktu untuk mencegah keterlambatan

4. Apakah mungkin untuk menggeser sumber daya kearah pekerjaan yang kritis dari proyek (yang harus selesai tepat waktu) dari pekerjaan proyek yang tidak begitu kritis lainnya (pekerjaan yang dapat ditunda) tanpa mempengaruhi waktu penyelesaian keseluruhan proyek

5. Di antara semua pekerjaan proyek, dimana manajemen harus memusatkan segala upayanya pada suatu waktu tertentu

Menurut Lock dalam Kramadibrata (1999: 225) :

Keuntungan metode CPM adalah :

1. Metode ini memaksa pemimpin suatu proyek untuk menganalisis proyek dan merencanakanya sebelum proyek itu dimulai.

2. Memperlihatkan dengan jelas tali-menali antara tugas-tugas.

3. Menyajikan suatu skema waktu yang lebih realistis.

4. Memberikan kesempatan kepada perencana untuk menganalisis dengan cermat akibat-akibat suatu perubahan didalam rencana yang terlebih dahulu telah diumumkan.

Dengan menggunakan metode CPM/PERT, manajemen proyek dapat mengetahui kapan tiap-tiap aktivitas akan dimulai dan kapan harus berakhir, sehingga dapat diketahui waktu penyelesaian keseluruhan proyek yang sesuai dengan sasaran yang telah ditetapkan.

2.2.6 Pengertian Efisiensi Waktu dan Biaya

Menurut Mulyadi (1998: 3) “Efisiensi adalah tingkat pengendalian biaya atau pengorbanan sumberdaya ekonomi yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan”.

Menurut Muchdoro (1997:180) “Efisiensi adalah tingkat kehematan dalam menggunakan sumber daya yang ada dalam rangka mencapai tujuan yang diinginkan. Efisiensi terbagi menjadi dua, yaitu efisiensi waktu dan efisiensi biaya. Efisiensi waktu adalah tingkat kehematan dalam hal waktu saat pelaksanaan hingga kapan proyek itu selesai. Sedangkan efisiensi biaya adalah tingkat kehematan dan pengorbanan ekonomi yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan”.

Menurut Yamit (2000:303), waktu dalam percepatan proyek terbagi menjadi :

1. Waktu Normal yang merupakan taksiran waktu yang paling mungkin untuk menyelesaikan proyek.

2. Waktu dipercepat yaitu taksiran waktu yang memungkinkan untuk mempercepat penyelesaian proyek.

Menurut Yamit (2000:304) :

Biaya dalam percepatan proyek dapat dibagi :

1. Biaya Normal yang merupakan biaya yang dikeluarkan untuk menyelesaikan proyek dengan menggunakan waktu normal.

2. Biaya dipercepat yaitu biaya yang dikeluarkan bila proyek diselesaikan dengan menggunakan waktu yang dipercepat.

Jadi dapat dirumuskan :

Biaya dipercepat perhari = clip_image014

2.2.7 Persamaan dan Perbedaan CPM dengan PERT

Menurut Render dan Heizer dalam Ariyoto (2001: 507) :

Terdapat enam langkah dalam metode PERT dan CPM, yaitu:

1. Mendefinisikan proyek dan semua aktifitas atau tugas yang signifikan.

2. Membuat keterkaitan antara aktivitas-aktivitasnya. Putuskan aktivitas mana yang harus mendahului dan mana yang harus mengikuti yang lain.

3. Menggambar jaringan yang menghubungkan semua aktifitas.

4. Hitunglah jalur kritis paling panjang melalui jaringan itu.

5. Gunakan jaringan untuk membantu perencanaan, penjadwalan, dan pengendalian proyek.

PERT dan CPM berbeda dalam pengembangan terminology dan dalam kontruksi jaringannya, tetapi sasarannya sama. Perbedaan utamanya adalah bahwa PERT menggunakan tiga perkiraan untuk masing-masing aktiftas. Masing-masing estimasi memiliki probabilitas keterjadian yang terkait, yang mana sebaliknya digunakan dalam menghitung nilai yang diharapkan dan deviasi atau penyimpangan standar untuk waktu kegiatan. CPM membuat asumsi bahwa waktu aktifitas diketahui dengan kepastian dan oleh sebab itu hanya satu faktor waktu diberikan untuk masing-masing aktifita.

Buffa dan Sarin (1996: 401) menyatakan bahwa “PERT dan CPM pada dasarnya sama, PERT didasarkan pada taksiran probabilistik waktu aktivitas yang menghasilkan suatu lintasan probabilistik melalui jaringan kerja aktivitas dan waktu penyelesaian proyek. CPM, sebaliknya menggunakan waktu aktivitas konstan atau deterministik”.

Menurut Yamit (2000: 312) “Dalam CPM, waktu pengerjaan setiap kegiatan secara relatif sudah dapat diperkirakan dengan pasti, sedangkan PERT mempunyai waktu pengerjaan yang tidak dapat diperkirakan dengan pasti, waktu setiap kegiatan dihitung atas dasar tiga perkiraan, yaitu waktu optimis, waktu pesimistis, dan waktu paling mungkin”.

2.3 Kerangka Konseptual

clip_image015

Manajemen proyek dalam merencanakan, mengkoordinasikan, dan mengendalikan secara teliti yang menyangkut semua kegiatan proyek dengan Diagram Network CPM akan terlihat hubungan saling ketergantungan antara kegiatan satu dengan yang lainnya dan dapat diketahui kegiatan mana yang merupakan kegiatan kritis. Melalui Diagram Network dengan CPM diharapkan dapat mengatasi adanya keterlambatan sehingga penetapan waktu dan biaya yang lebih efisien dalam penyelesaian berbagai aktivitas dapat membantu manajemen dalam mengambil keputusan.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Jenis, Lokasi dan Waktu Penelitian

3.1.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam penelitian diskriptif. Menurut Arikunto (2000: 309) penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan.

Lokasi Penelitian

Adapun penelitian ini dilakukan pada CV. KENARI BANGKIT, yang beralamat di Jalan Kenari No. 236 Purwogondo Kalinyamatan, Jepara Jawa Tengah. Dipilihnya CV. Kenari Bangkit sebagai objek penelitian karena selama ini perusahaan belum menggunakan diagram network dalam merencanakan waktu dan biaya yang dibutuhkan dalam proyek.

Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan mulai bulan Juni 2006 sampai bulan Juli 2006.

Definisi Operasionalisasi Variabel

Network planning adalah hubungan ketergantungan antara bagian-bagian pekerjaan atau variabel yang digambarkan dengan diagram network.

Adapun variabel-variabel yang akan diteliti adalah :

1. Waktu Normal = Taksiran waktu yang paling mungkin untuk menyelesaikan proyek.

2. Waktu dipercepat = Taksiran waktu yang paling mungkin untuk mempercepat penyelesaian proyek.

3. Biaya Normal = Biaya yang dikeluarkan untuk menyelesaikan proyek dengan menggunakan waktu normal.

4. Biaya dipercepat = Tambahan biaya yang dikeluarkan bila proyek diselesaikan dengan waktu yang dipercepat.

5. Jadwal kegiatan normal adalah diagram network yang dihasilkan dari penggunaan waktu dan biaya normal untuk setiap kegiatan.

6. Jadwal kegiatan dipercepat adalah diagram network yang dihasilkan dari penggunaan waktu dan biaya yang dipercepat untuk setiap kegiatan.

Rumus :

Biaya Percepatan = clip_image014[1]

Kegiatan kritis memiliki SPC = SPL, baik untuk peristiwa awal maupun akhir dari kegiatan yang bersangkutan. SPC adalah saat paling cepat dimana kegiatan berada diantara dua peristiwa dan bila ada beberapa peristiwa maka dipilih waktu yang paling besar. Sedangkan SPL adalah saat paling lambat untuk menyelesaikan kegiatan dan bila terdapat beberapa kegiatan maka dipilih waktu yang paling kecil. Bila dalam suatu peristiwa terjadi SPC = SPL maka peristiwa tersebut dikatakan peristiwa kritis.

Biaya merupakan pengorbanan ekonomi yang dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi atau perusahaan baik dalam hal bahan baku, tenaga kerja, dan biaya overhead. Waktu merupakan saat-saat pelaksanaan kegiatan proyek itu dilakukan dari dimulainya pekerjaan hingga berakhirnya pekerjaan.

Menurut Muchdoro (1997:180) “Efisiensi adalah tingkat kehematan dalam menggunakan sumber daya yang ada dalam rangka mencapai tujuan yang diinginkan. Efisiensi terbagi menjadi dua, yaitu efisiensi waktu dan efisiensi biaya. Efisiensi waktu adalah tingkat kehematan dalam hal waktu saat pelaksanaan hingga kapan proyek itu selesai. Sedangkan efisiensi biaya adalah tingkat kehematan dan pengorbanan ekonomi yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan”.

Metode Pengumpulan Data

Jenis Data

Data primer merupakan data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli, sedangkan data sekunder merupakan data penelitian yang diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara. Adapun data yang diperlukan sebagai berikut :

a. Waktu penyelesaian proyek sebelum adanya percepatan dan waktu penyelesaian setelah adanya percepatan.

b. Data urutan rangkaian kegiatan proyek.

c. Data waktu dan biaya kegiatan proyek.

d. Data lain yang berhubungan dengan permasalahan penelitian.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah :

1. Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data dengan cara melihat serta mencatat data-data dokumen yang berhubungan dengan permasalahan.

2. Observasi adalah pengumpulan data yang sistematik dan pengamatan yang dilakukan langsung pada obyek yang diteliti.

Metode Analisis Data

Metode analisis yang digunakan adalah metode kualitatif dan kuantitatif tapi jenis data yang dianalisis adalah data kuantitatif. Analisis kualitatif adalah teknik pengolahan data dengan cara menghubungkan fakta dengan teori yang ada sehingga akan dapat mendukung analisis kuantitatif. Analisis kuantitatif adalah teknik pengolahan dimana data yang berbentuk angka-angka dianalisis dengan cara melakukan perhitungan dan mengaplikasikannya dalam berbagai ruang yang sesuai.

Dalam penyelesaiannya maka digunakan langkah-langkah dalam analisisnya :

1. Menyusun hubungan ketergantungan antara aktivitas-aktivitas yang terlibat dalam pelaksanaan dan penyelesaian proyek dan menentukan waktu dan biaya normal dan dipercepat.

2. clip_image016Membuat Diagram Network

Gambar 3.1

Hubungan Ketergantungan

Sumber :Yamit (2000:295)

3. Menentukan saat paling cepat dan saat paling lambat dengan rumus :

SPCj = Max (SPCi + L)

SPLi = Min (SPLj - L)

4. Menentukan jalur kritis sebelum percepatan.

Dimana SPC = SPL

5. Melakukan percepatan proyek berdasarkan Diagram Network dengan CPM untuk percepatan waktu dan biaya.

Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :

a. Membuat percepatan dan menghitung biaya tambahan untuk percepatan setiap pekerjaan.

Rumus =clip_image014[2]

b. Mempercepat waktu penyelesaian proyek dengan mengutamakan kegiatan kritis yang memiliki kegiatan terkecil jika pada langkah kedua proyek tidak dapat dipercepat berarti telah ditemukan biaya minimum percepatan proyek maka proses berhenti.

c. Jika proyek masih memungkinkan untuk dipercepat maka susunlah kembali Network yang baru dengan menggunakan waktu kegiatan yang dipercepat yang masih memungkinkan untuk dipercepat sampai waktu maksimum dan menentukan SPCi, SPCj, SPLi, SPLj sesudah percepatan dan menentukan jalur kritis.


dapatkan file lengkapnya

klik disini

Sponsor

Pengikut