(032) HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN RUHANIAH DENGAN ALTRUISME PADA MAHASISWA



BAB I

PENGANTAR

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Seiring dengan kemajuan teknologi dan komunikasi pada saat ini semakin banyak individu yang mementingkan dirinya sendiri atau berkurangnya rasa tolong menolong antara sesama. Globalisasi juga berperan membuat hubungan antar sesama manusia menjadi semakin rumit. Kerumitan ini dapat menciptakan stress dan kekerasan-kekerasan yang kadang-kadang disebabkan oleh hal-hal sepele dan aneh. Semakin berkembangnya aktivitas pada setiap orang, maka akan semakin sibuk dengan urusannya sendiri, yang memunculkan sifat atau sikap individualisme yang menjadi ciri manusia modern. Individualisme ini merupakan faham yang bertitik tolak dari sikap egoisme, mementingkan dirinya sendiri, sehingga mengorbankan orang lain demi kepentingan dirinya sendiri. (Niken, 1998).

Atas dasar kesatuan asal-usul dan kesamaan derajat dihadapan Allah SWT, tiap-tiap individu harus menyadari tanggung jawab yang telah ditentukan Allah. Tanggung jawab dapat diartikan berbagai macam, tapi yang paling penting adalah upaya untuk menciptakan kesejahteraan bersama dalam lingkungan masyarakat. Seseorang yang tergolong mampu secara fisik atau mampu secara harta maka dianjurkan untuk menolong orang yang tidak mampu. Sebaliknya seorang yang tidak mampu, misalnya, karena berusaha sehingga dapat dikatakan mampu, maka dia diajurkan juga untuk memberi bantuan kepada orang lain yang tidak mampu atau dalam kesusahan. Setiap orang harus memahami fungsi masing-masing. Seorang muslim hendaklah mengunjungi saudara muslimnya yang sakit, meringankan beban orang yang mendapat kesulitan, menciptakan rasa cinta kasih, persaudaraan dan solidaritas antara satu dan lainya, ia juga hendaknya memberikan hak-hak orang sekelilingnya, seperti hak untuk mendapat kehidupan dan perlakuan yang layak. Islam menganjurkan, hendaklah diciptakan rasa kebersamaan dalam masyarakat dan saling membantu orang–orang yang sedang mengalami kesusahan, karena Allah menjanjikan pahala bagi orang-orang yang mau membantu sesama dengan iklash. (Jalaludin 2002).

Mengingat masih banyak orang-orang yang hidup didalam kesusahan dan membutuhkan pertolongan dan sebagian besar diantaranya adalah orang–orang yang beragama islam, maka menjadi sebuah kewajiban bagi umat islam untuk memberikan bantuan kepada orang-orang tersebut yaitu dhuafa, fuqara dan masakin atau orang-orang yang sedang tertimpa musibah. (Ancok & Suroso (1994).

Altruisme adalah tindakan menolong yang dilakukan seseorang dalam kondisi tertentu. Pada altruisme salah satu yang penting adalah sifat empati atau merasakan perasaan orang lain di sekitar kita. Hanya altruisme timbal balik yang mempunyai dasar biologis. Kerugian potensial dari altruisme yang dialami individu diimbangi dengan kemungkinan menerima pertolongan dari individu lain. Beberapa ahli mengatakan bahwa altruisme merupakan bagian “sifat manusia” yang ditentukan secara genetika, karena keputusan untuk memberikan pertolongan melibatkan proses kongnisi sosial komplek dalam mengambil keputusan yang rasional. (Latane&Darley, Schwartz, dalam Sears, 1991)

Kehidupan sehari-hari banyak sekali fenomena masyarakat yang menunjukkan sikapa altruisme diantaranya adalah seperti yang dilakukan oleh Rumah Sakit Harapan Bunda Jakarta. Satu-satunya rumah sakit yang mau menerima seorang anak dari pasangan Lila dan Husen yang telah ditolak oleh enam rumah sakit di Jakarta untuk berobat hanya karena keluarga itu miskin. (Kompas 2005). Dalam kasus yang lain ketika terjadi gempa dan tsunami di NAD, banyak sekali perusahaan besar atau kelompok masyarakat yang menyumbangkan bantuan baik dalam bentuk uang atau barang, setelah melakukan bantuan mereka langsung melakukan konferensi pers untuk memberitahukan jumlah uang dan bentuk barang yang disumbangkan. Menurut penulis disini masih ada unsur bisnis dari perusahaan tersebut dengan menyebutkan jumlah bantuan kepada masyarakat umum.

Pengalaman peneliti sendiri saat ikut menjadi relawan yang diberi amanah oleh Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia untuk untuk berangkat ke Aceh, melihat banyak relawan yang dibayar baru mau bekerja, dan sebagian mereka adalah para relawan yang berasal dari daerah yang dekat dengan Aceh. Bahkan ada sebagian yang mencari kesempatan dengan kondisi Aceh saat itu dengan mengambil besi-besi bekas bangunan, kendaraan-kendaraan yang terkena bencana tsunami dan gempa.

Hasil obsevasi peneliti. Mahasiswa Fakultas Psikologi Univesitas Islam Indonesia masih sering melakukan kecurangan-kecurangan, salah satunya adalah memberikan bantuan pada mahasiswa yang lain untuk dipresensikan atau titip absen kepada mahasiswa yang masuk kedalam kelas untuk mengikuti kegiatan perkuliahan dengan imbalan tertentu, sebab di Universitas Islam Indonesia ada peraturan presensi harus 75% sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian semester. Pada saat melakukan pengambilan matakuliah atau pengisian sistem kredit semester yang dilakukan secara mandiri oleh para mahasiswa, terjadi Key-in di anjungan dengan antrian yang panjang serta berdesak-desakan. Masih banyak terlihat beberapa mahasiswa yang melakukan Key-in lebih dari satu kali, karena mahasiswa tersebut mendapat titipan dari temannya. Pada hal Kampus membebaskan kepada para mahasiswa untuk memilih lokasi Key-in, misalnya di warung internet atau warnet.

Sebenarnya peneliti mengalami sendiri dimana kondisi saat melakukan pengambilan mata kuliah semester baik di anjungan fakultas maupun diwarung internet kedua lokasi ini kondisinya tidak jauh berbeda yaitu setiap mahasiswa harus antri dengan mahasiswa yang lain untuk melakukan Key-in.

Pada kasus yang berbeda antar sesama mahasiswa ada kebiasaan dimana saat-saat ujian tengah semester maupun ujian akhir yaitu meminjamkan catatan untuk di foto copy oleh mahasiswa yang lain bahkan ada kejadian mahasiswa yang membuatkan tugas untuk mahasiswa yang lain atau memberikan copy dari disket supaya diedit ulang tapi berbeda susunannya pada tugas itu dengan pemilik pertama. Mengapa masih ada beberapa bagian dari para mahasiawa tersebut yang rela untuk melakukan atau bersikap seperti seorang pahlawan bagi yang lain, pada hal resiko yang akan akan dihadapai sangat paham bila bersikap demikian misalnya saat melakukan Key-in atau memberikan contoh tugas pada mahasiswa yang lain. Setinggi apakah kondisi kecerdasan Ruhaniah para mahsiswa itu serta seberapa besar tingkat altruisme yang telah tertanam didalam diri mereka, itulah yang mendorong peneliti untuk melakukan penelitian ini.

Pada kecerdasan spiritual (SQ) yang digagas oleh Zohar dan Marshall, (2001), menerangkan kecerdasan spiritual memungkinkan manusia menjadi kreatif, kecerdasan spritual memungkinkan kita untuk bermain dengan batasan, memainkan “permainan tak terbatas”. Kecerdasan spiritual memberikan kemampuan kepada kita untuk membedakan, memberikan rasa moral, kemampuan menyesuaikan aturan yang kaku dibarengi dengan pemahaman dan cinta serta kemapuan setara untuk melihat kapan cinta dan pemahaman sampai pada batasnya. Kecerdasan spiritual digunakan untuk bergulat denagan ihwal baik dan jahat, serta untuk membayangkan kemungkinan yang belum terwujud- untuk bermimpi, bercita-cita, dan mengangkat diri dari kerendahan.

Penelitian ini sangat penting untuk dilakukan karena sebagian orang ada yang memberikan bantuan pada orang lain tampa memperdulikan resiko yang akan dihadapinya, tapi dilain pihak ada juga orang yang sanggat tidak perduli pada kesusahan orang lain. Maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan pemahaman yang lebih jelas tentang antara hubungan Kecerdasan Ruhaniah yang dikaitkan dengan atruisme. Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengungkap sejauh mana faktor kecerdasan ruhaniah dapat mempengaruhi altruisme seseorang, hasil penelitian ini dapat memberi masukan dan sekaligus menambah pengetahuan dalam dunia psikologi terutama psikologi islami dan psikologi sosial, pertanyaan ini perlu dibuktikan lebih lanjut dalam suatu penelitian ilmiah, yang akan dituangkan dalam tulisan dengan judul :Hubungan Antara Kecerdasan Ruhaniah dengan Altruisme pada Mahasiswa.

B. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui apakah ada hubungan Positif Antara Kecerdasan Ruhaniah dengan Altruisme pada Mahasiswa.

C. MANFAAT PENELITIAN

Manfaat dari penelitian ini dapat ditinjau secara teoritis maupun secara praktis,dari penelitian yang akan dilakukan ini dapat memberikan manfaat antara lain:

1. Manfaat secara teoritis

a. Dengan diketahuinya hubungan kecerdasan spiritual dapat menimbulkan altruisme/perilaku altruistik maka diharapkan penelitian ini dapat dijadikan rujukan dan pedoman atau bahan kajian bagi usaha-usaha pembahasan lanjut maupun tujuan yang relevan

b. Sebagai bahan untuk memperkaya khasana ilmu pengetahuan terutama dibidang ilmu psikologi islami dan psikologi sosial

c. Bila penelitian ini terbukti, maka hal ini menegaskan bahwa kecerdasan spiritual mempunyai efek-efek psikologis yang positif dalam kehidupan manusia

2. Manfaat secara praktis

Diharapkan agar para individu sebagai mahluk sosial, yang tidak bisa hidup sendiri di alam ini maka dengan melakukan prilaku pendekatan diri kepada tuhan dalam bentuk meningkatkan kecerdasan Ruhaniah dapat menjadi pokok atau niat membantu orang lain yang sedang mengalami kesusahan atau kesulitan dengan iklas serta didasari hanya Allah swt semata, dan memberikan masukan dan motivasi kepada umat islam untuk lebih menigkatkan kecerdasan Ruhaniah serta memperdalam nilai-nilai spiritualias.

D. KEASLIAN PENELITIAN

Sebenarnya sudah ada beberapa penelitian yang telah dilakukan penelitian tentang kecerdasan spiritual dan beberapa penelitian tentang prilaku altruistik, diantaranya adalah.

1. Penelitian Faudhil Adhim (2001) Hubungan antara Orientasi Religius dengan Prilaku Menolong Altruisme pada Remaja Muslim. Hasil penelitian ada hubungan yang singnifikan antara orientasi religius dengan prilaku menolong pada remaja muslim, subjek atau populasi pada penelitian ini adalah siswa kelas II-1, II-5, III IPA 2, dan III IPS 3, SMUN 2 Jombang.

2. Penelitian dari Ika Subekti Purwandani (2003) dengan judul penelitian hubungan Kecerdsasan Spiritual dengan Empati pada remaja. Hasil penelitiannya menunjukkan ada korelasi positif antara kedua variabel- variabel penelitian yang sanggat singifikan, dengan hipotesis pada penelitiannya semakin tinggi tingkat kecerdasan spiritual maka semakin tinggi empati. Atau semakin rendah kecerdasan spiritual maka semakin rendah empati.dari penelitian itu juga diketahui bahwah tidak ada perbedaan antara kecerdasan spiritual antara laki-laki dan perempuan, subyek penelitian ini para siswa sekolah SMU, di SMUN 1. Ngaglik Sleman, Yogyakarta. Usia subyek penelitian 15-21 tahun.

3. Penelitian dari Rahmad Andes (2004) hubungan antara kecerdasan emosi dan kecerdasan spiritual dengan dengan kecenderungan perilaku delinkuen pada remaja awal. Hasil dari penelitian itu menunjukkan bahwa ada hubungan negatif antara kecerdasan emosi dan kecedersan spiritual dengan kecendrungan perilaku delinkuen pada remaja awal, dengan hasil hipotesis diterima. Subyek penelitiannya adalah para sisawa SMU Islam 3 Sleman Yogyakarta yang sering ditemui muncul prilaku delinkuen.

4. Penelitian dari Nadya Hendrawati (2004) yang berjudul Hubungan antara Kecerdasan spiritual dengan motivasi kerja karyawan, dalam penelitian ini telah menghasilkan suatu kesimpulan bahwa ada hubungan positif antara kerdasan spiritual dengan motivasi kerja karyawan, dengan kata lain hipotesis diterima, pada penelitian ini pengambilan data dilakukan di daerah Kalimantan barat, dengan subjek para karyawan Prusda Aneka Usaha Pontianak.

Teori yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari pendapat beberapa ahli yang menulis buku-buku tentang kehidupan sosial baik yang berasal dari barat dan dari Indonesia, sedangkan teori-teori untuk kecerdasan spiritual diambil oleh peneliti dari buku-buku kecerdasan Ruhaniah dan buku-buku agama yang ditulis oleh ahli dari barat dan Indonesia.

Alat ukur yang akan dipakai oleh peneliti dalam mengungukur kecerdasan spiritual dengan mengunakan skala kecerdasan ruhaniah yang dirancang dan dibuat sendiri oleh peneliti dengan mengacu pada aspek kecerdasan ruhaniah dari Tasmara (2001), yang disesuaikan usia subjek dan penelitian.

Sedangkan alat ukur altruisme dengan mengunkan skala altruisme dari Choen yang diadaptasikan dari penelitian Adzim (2001), yang disesuaikan dengan usia subjek pada penelitian ini.

Disimpulkan bahwa penelitian tentang hubungan kecerdasan ruhaniah dengan altruisme belum pernah dilakukan sebelumnya. Disamping itu terdapat perpedaan dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya, perbedaan itu pada variabel-variabel yang diteliti, perbedaan definisi operasional, maupun perbedaan pada skala sebagai alat untuk pengambilan data pada penelitian.


dapatkan file lengkapnya

klik disini

Sponsor

Pengikut