Keterlibatan Komunikasi Interpersonal Dengan Keterbukaan

BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang
Komunikasi merupakan bagian inti dari kehidupan manusia. Melalui proses komunikasi, seseorang berusaha untuk menyampaikan pikiran dan perasaannya kepada orang lain. Dari proses komunikasi tersebut tercipta upaya dalam mempengaruhi orang lain untuk ikut merasakan atau lebih jauh melakukan apa yang dikehendaki oleh si pembicara. Sedemikian pentingnya komunikasi dalam kehidupan manusia, Mulyana (2002:5) mengatakan bahwa orang yang tidak pernah berkomunikasi dengan orang lain, bisa dipastikan akan “tersesat”, karena ia tidak berkesempatan menata dirinya dalam suatu lingkungan sosial. Komunikasilah yang memungkinkan individu membangun suatu kerangka rujukan dan menggunakannya sebagai panduan untuk menafsirkan situasi apapun yang ia hadapi.
Dalam arti lain, berkomunikasi adalah cara penyampaian suatu pesan yang dilakukan oleh seseorang (komunikator) sedemikian rupa, sehingga menimbulkan dampak tertentu pada target pembicaraannya (komunikan). Pesan yang disampaikan komunikator adalah pernyataan sebagai paduan pikiran dan perasaan, dapat berupa ide, informasi, keluhan, keyakinan, imbauan, anjuran dan sebagainya. Pernyataan tersebut dibawakan oleh lambang, umumnya bahasa yang berbentuk verbal maupun non verbal.
Interaksi dalam suatu organisasi melibatkan juga proses komunikasi melalui pertemuan fisik (tatap muka), yang disebut komunikasi interpersonal, yaitu komunikasi yang melibatkan dua orang atau dalam group kecil yang terdiri dari beberapa orang. Adanya komunikasi interpersonal jelas menimbulkan pengaruh yang besar terhadap intensitas hubungan di antara anggota organisasi. Faktor-faktor verbal (ucapan atau seruan) dan non verbal (ekspresi muka, gerakan tubuh, penampilan pakaian, nada suara dalam berbicara) sangat menentukan makna dalam Komunikasi Interpersonal (Rakhmat, 2000: 21).
Satu bentuk terpenting dari komunikasi interpersonal dimana seseorang dapat
melibatkan pembicaraan tentang dirinya sendiri, atau membuka diri yang sering disebut Self Disclosure atau keterbukaan (Openess), yaitu mengacu pada mengkomunikasikan informasi tentang diri seseorang kepada orang lain (DeVito, 1999:77). Dalam istilah di Indonesia, self-disclosure juga disebut sebagai membuka diri atau pengungkapan diri. Pengungkapan diri adalah membeberkan informasi tentang diri sendiri.
Banyak hal yang dapat diungkapkan tentang diri kita melalui ekspresi wajah, sikap tubuh, pakaian, nada suara, dan melalui isyarat-isyarat non verbal lainnya yang tidak terhitung jumlahnya, meskipun banyak di antara perilaku tersebut tidak disengaja, namun pengungkapan diri yang sesungguhnya adalah perilaku yang disengaja. Pengungkapan diri tidak hanya merupakan bagian integral dari komunikasi dua orang; pengungkapan diri lebih sering muncul dalam konteks komunikasi interpersonal yang melibatkan dua orang daripada dalam konteks jenis komunikasi lainnya (Derlega dan Berg, 2000:8).
Pada perusahaan PT Surya Putra, dimana anggota organisasi melakukan kegiatan formal dalam bekerjanya jelas melakukan proses komunikasi interpersonal, baik menyangkut masalah pekerjaan dengan mengkomunikasikan ide, instruksi, atau pertanyaan kepada rekan kerjanya, baik komunikasi interpersonal antara dua orang maupun komunikasi interpersonal di antara kelompok kerja. Sedangkan proses self disclosure umumnya terjadi pada komunikasi interpersonal di antara dua orang, baik melalui rekan kerja dekatnya maupun mengungkapkan sikap dirinya dalam menanggapi suatu isu atau permasalahan. Meskipun, dalam hal-hal tertentu, proses self disclosure juga terjadi di antara kelompok, yaitu di antara sesama rekan kerja dalam suatu kelompok mengetahui karakter dari masing-masing teman, baik melalui proses komunikasi interpersonal maupun informasi dari rekan kerja yang lain.
Proses komunikasi interpersonal selain menimbulkan self disclosure juga menimbulkan afek (affect), yaitu perasaan atau emosi terkait dengan sikap terhadap suatu hal. Perasaan atau emosi terkait dengan penilaian terhadap bahasa verbal maupun simbol. Perasaan terhadap warna, karakter individu, pakaian, dan sebagainya sehingga menimbulkan rasa dalam bentuk penilaian: suka atau tidak suka, dan sebagainya.
Berdasarkan latar belakang di atas, dalam penelitian ini penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan mengambil tema yang bersinggungan dengan masalah di atas, yaitu tentang: “HUBUNGAN KETERLIBATAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL DENGAN KETERBUKAAN (OPENESS) PADA PEGAWAI PT. SURYA PUTRA, JAKARTA”.

I.2 Perumusan Masalah
Sesuai dengan paparan di atas, penelitian ini akan memfokuskan pembahasan pada hubungan antara keterlibatan komunikasi interpersonal dengan keterbukaan (openess) pada pegawai PT Surya Putra, Jakarta sehingga dapat diketahui gambaran yang jelas keterkaitan antara komunikasi interpersonal yang terjalin di antara pegawai dengan tingkat dan pola keterbukaan diri di antara mereka.
Untuk itu, masalah pokok tersebut dapat dirumuskan menjadi pertanyaan penelitian sebagai berikut: “Bagaimana hubungan antara keterlibatan komunikasi interpersonal dengan keterbukaan pada pegawai PT Surya Putra, Jakarta?”
Masalah pokok di atas dapat dirinci lagi menjadi sub permasalahan sebagai berikut:
File Selengkapnya.....

Sponsor

Pengikut