Kincir Angin Tipe Sumbu Horizontal

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Cadangan energi fosil semakin berkurang sedangkan kebutuhan konsumsi bahan
bakar minyak terus meningkat. Perkiraan kandungan minyak bumi di Indonesia dengan
tingkat konsumsi bahan bakar minyak seperti saat ini akan habis dalam waktu 10 sampai
15 tahun lagi. Jutaan barrel minyak mentah dieksploitasi tanpa memikirkan bahwa minyak
tersebut merupakan hasil evolusi alam yang berlangsung selama ribuan bahkan jutaan
tahun yang mungkin tidak dapat terulang lagi pada masa mendatang. Krisis energi bisa
langsung dirasakan masyarakat khususnya, petani terutama karena sebagian besar bahan
bakar alat pertanian seperti traktor menggunakan solar (Setyo dan Indartono, 2006).
Menurut Wandi (2004), konsumsi bahan bakar minyak (BBM) secara nasional
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Secara keseluruhan konsumsi BBM selama
tahun 2004 mencapai 61,6 juta kilo liter dengan rincian 16,2 juta kilo liter premium, 11,7
juta kilo liter minyak tanah, 26,9 juta kilo liter minyak solar, 1,1 juta kilo liter minyak
diesel dan 5,7 juta kilo liter minyak bakar. Selain itu kemampuan produksi bahan bakar
minyak di dalam negeri hanya sekitar 44,8 juta kilo liter sehingga sebagian kebutuhan
bahan bakar di dalam negeri harus diimpor.
Impor minyak mentah dan BBM setiap tahun mencapai 1,5 miliar dollar AS atau
sekitar 15 triliun rupiah. Peningkatkan laju konsumsi BBM tersebut diperburuk dengan
semakin menurunnya kemampuan produksi minyak bumi di dalam negeri sehingga perlu
dilakukan dilakukan langkah-langkah untuk mendapatkan sumber energi alternatif.
2
Berdasarkan survei dan pengukuran data angin yang telah dilakukan sejak 1989, banyak
daerah yang prospektif karena memiliki kecepatan angin rata–rata tahunan sebesar 4,3
m/detik sampai 5,5 m/detik atau mempunyai energi antara 200 W sampai 1.000 kW.
Potensi ini sudah dapat dimanfaatkan untuk pembangkit tenaga listrik skala kecil sampai
10 kW (Kusumadewi, 2006)
Selama ini kincir angin yang digunakan di berbagai negara menggunakan sudu
yang terbuat dari material logam seperti aluminium, besi dan lain sebagainya. Kelemahan
unsur logam sebagai sudu kincir angin yaitu kecepatan putaran kincir tidak maksimal
karena potensi kecepatan angin di Indonesia tidak begitu besar sehingga jika kincir angin
seperti ini diterapkan di Indonesia membutuhkan tenaga angin yang besar untuk
mendorong sudu berputar (Taselan, 2005). Fibreglass merupakan nama dagang dari
campuran resin polyester tidak jenuh dengan penguat serat.
Fibreglass merupakan bahan yang sangat bermanfaat dalam dunia teknik. Polimer
mudah dibuat dan penerapannya pun mencakup berbagai bidang industri seperti industri
serat, karet, plastik, cat dan perekat (Sofyan, 2000). Resin polyester tidak jenuh berupa
resin cair dengan viskositas relatif rendah, mengeras pada suhu kamar dengan penggunaan
katalis tanpa menghasilkan gas sewaktu pengerasan seperti banyak resin lainnya maka
resin polyester tidak jenuh perlu diberi tekanan untuk pencetakkan.
Ketahanan kimia resin polyester yaitu kuat terhadap asam kecuali asam pengoksid,
tetapi lemah terhadap alkali. Bahan ini mudah mengembang dengan polimer stiren.
Kemampuan terhadap cuaca sangat baik. Tahan terhadap kelembaban dan sinar UV bila
lingkungan terbuka, tetapi sifat tembus cahaya permukaan rusak dalam beberapa tahun.
(Surdia dan Saito, 2005).
3
B. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis teknis terhadap sudu terhadap
kincir angin tipe sumbu horizontal dari bahan fibreglass.File Selengkapnya.....

Sponsor

Pengikut