BAB I
PENDAHULUAN
Pasar modal memiliki peranan penting dalam kegiatan perekonomian
suatu negara. Hampir seluruh negara yang menganut sistem ekonomi pasar
akan mengembangkan pasar modal dan menjadikannya sebagai salah satu
sumber kemajuan ekonomi mereka. Negara modern bahkan menjadikan
kegiatan pasar modal sebagai tolok ukur kinerja yang dicapai. Ini tercermin
dari besar kecilnya indeks harga saham yang dikembangkannya.
Di Indonesia sendiri, kemajuan yang dicapai oleh BEJ semakin
mengukuhkan posisi pasar modal sebagai alternatif pembiayaan investasi yang
menguntungkan disamping cara yang konvensional (kredit perbankan). Sejak
dibukanya kesempatan bagi pemodal asing untuk melakukan investasi besar-
besaran, pasar modal telah menunjukkan peningkatan kinerja seperti kenaikan
kapitalisasi pasar, volume perdagangan, nilai perdagangan dan frekuensi
perdagangan yang merupakan indikator tingkat likuiditas dan aktivitas serta
peningkatan jumlah emiten menunjukkan trend perkembangan yang luar biasa.
Sebagai negara yang sedang melaksanakan pembangunan
perekonomian, Indonesia membutuhkan adanya modal dalam jumlah yang
cukup besar sebanding dengan pertumbuhan yang ditargetkan. dalam hal ini
pasar modal mempunyai peranan yang strategis dalam perekonomian
Indonesia, yaitu membantu pemerintah dalam memenuhi kebutuhan dana
untuk melaksanakan pembangunan. Kondisi perekonomian Indonesia dapat
diketahui dari aktifitas pasar modal yang dicerminkan melalui Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG). IHSG adalah suatu angka yang secara sederhana
menggambarkan rata-rata naik atau turunnya seluruh harga saham di pasar
modal pada saat itu. IHSG yang meningkat dijadikan sebagai tolok ukur
kegirahan di pasar modal, dan sebaliknya IHSG yang menurun merupakan
tolok ukur kelesuan pasar modal (Sjahrir, 1995:130). Berfluktuasinya IHSG
dipengaruhi oleh keadaan ekonomi, politik dan sosial budaya yang terjadi di
Indonesia. Dengan kata lain IHSG sebagai indikator pasar modal adalah
leading indicator ekonomi Indonesia.
Ketika krisis terjadi di Indonesia dan hampir seluruh wilayah di Asia,
pasar modal Indonesia mengalami tantangan yang cukup berat. Kondisi pasar
modal sangat terpuruk, terjadi penurunan IHSG, penurunan laba yang dialami
sebagian emiten serta penurunan finansial yang dialami beberapa perusahaan.
Di sektor moneter terjadi penurunan nilai tukar rupiah terhadap mata uang
asing, naiknya tingkat suku bunga dan juga terjadi inflasi.
Setelah masa krisis, dengan tingkat suku bunga yang masih tinggi
dalam jangka waktu panjang, perusahaan yang memiliki reputasi yang baik
berusaha mendapatkan dana di pasar modal. Sedangkan bagi investor
menurunnya suku bunga simpanan perbankan mendorong mereka untuk
mengalihkan penanaman dananya ke pasar obligasi dan reksa dana. Hal ini
menyebabkan terjadinya peningkatan aktivitas di pasar modal yang dapat
dilihat dari naiknya IHSG.
Suatu perusahaan akan menggunakan semua sumber pembiayaan yang
ada untuk kegiatan investasinya. Proporsi masing-masing sumber dana ini
akan tergantung pada beberapa faktor, misalnya jangka waktu investasi dan
kebijakan deviden payout ratio. Apabila perusahaan membutuhkan dana untuk
investasi jangka panjang yakni lebih dari satu tahun, maka perusahaan tersebut
akan lebih baik jika mencari sumber dana dari penyertaan modal berupa saham
dan utang berupa obligasi yang dapat diperjualbelikan di pasar modal.
Melalui pasar modal, dunia usaha diharapkan dapat memperoleh
sebagian atau bahkan seluruh pembiayaan jangka panjang yang
dibutuhkannya. Disamping itu, salah satu peranan pasar modal adalah sebagai
sarana pemerataan hasil pembangunan melalui kepemilikan saham-saham
perusahaan oleh masyarakat luas.
Investor membeli saham suatu perusahaan dengan harapan
memperoleh keuntungan dikemudian hari sesuai jumlah yang diharapkan
untuk meningkatkan pendapatan dan taraf hidupnya dibandingkan saat
sebelumnya. Kekayaan yang dimiliki diharapkan dapat berkembang secara
terus menerus. Untuk itu investasi diarahakan pada saham-saham dari
perusahaan yang produktif, mempunyai objek bisnis yang prospektif serta
terhindar dari kerugian merosotnya nilai saham akibat pengaruh berbagai
resiko yang paling sering mencancam investor. Resiko investor cukup
beragam, misalnya adanya persaingan yang ketat yang mengancam
kelangsungan usaha, keadaan ekonomi, fluktuasi suku bunga, nilai tukar mata
uang, inflasi yang berdampak menurunnya daya beli masyarakat serta
melemahnya daya saing produk-produk ekspor dan kebijakan pemerintah yang
tidak konstan.
Investasi di pasar modal dipengaruhi oleh berbagai faktor ekonomi
maupun faktor non ekonomi. Untuk menghasilkan keputusan investasi yang
tepat dan menguntungkan para investor perlu melakukan peramalan terhadap
perubahan pasar modal. Dalam melakukan proses peramalan tersebut, investor
perlu menganalisis perubahan ekonomi makro yang sedang dan akan terjadi.
Pengamatan terhadap perubahan beberapa indikator ekonomi makro seperti
inflasi, tingkat, suku, bunga, kurs valuta asing dan jumlah uang beredar
dipercaya bisa membantu investor dalam meramalkan apa yang akan terjadi di
pasar modal. Indikator tersebut akhirnya akan menentukan naik turunnya
indeks di bursa saham. Fluktuasi yang terjadi di pasar modal akan terkait
dengan perubahan yang terjadi pada berbagai perubahan ekonomi makro
(Tandelilin, 2001:211).
Kondisi perekonomian yang sehat tercermin dari indikator-indikator
perekonomian moneter yang semakin membaik. Dengan semakin membaiknya
kondisi perekonomian diharapkan dunia usaha akan memberikan keuntungan
yang lebih besar dengan demikian akan mempengaruhi kinerja sahamnya di
bursa efek.
Bila keadaan ekonomi tidak membaik atau bahkan menurun, hal ini
akan berdampak buruk pada pasar modal. Keadaan ini dapat terlihat pada saat
krisis moneter berlangsung dimana IHSG pernah mencapai titik terendah. Hal
ini mencerminkan bahwa aktivitas bisnis di pasar modal memiliki keterkaitan
erat dengan irama ekonomi makro (Suta, 2000:13). Semakin baik kondisi
perekonomian akan semakin baik pula kondisi pasar modal karena semakin
besar proyeksi keuntungan yang dihasilkan oleh para emiten yang pada
akhirnya akan memperbesar pula deviden yang diterima para pemodal begitu
pula sebaliknya.
IHSG merupakan indikator untuk mengukur harga saham yang
diperdagangkan di bursa efek. Indeks bursa adalah statistik yang menunjukkan
perubahan harga-harga saham pada saat tertentu dalam perbandingan dengan
tanggal dasar. IHSG dihitung oleh BEJ dengan patokan harga saham pada
tanggal 10 Agustus 1982, yaitu tanggal mulai digunakannya IHSG sama
dengan 100. Setelah itu IHSG dihitung dengan rumus IHSG sama dengan nilai
pasar dibanding nilai dasar dikalikan 100 (Jogiyanto, 1998:60).
Daryono dan Endah (2003) menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi Indeks Harga Saham Gabungan di Indonesia. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa jumlah uang beredar dan inflasi mempunyai pengaruh
yang positif, suku bunga deposito berpengaruh negatif, sedangkan kurs valuta
asing tidak berpengaruh terhadap IHSG.
Andri (2002) menganalisis pengaruh tingkat suku bunga terhadap
IHSG. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat suku bunga tidak
berpengaruh terhadap IHSG.
Retno (2004) menganalisis hubungan tingkat suku bunga SBI dan
inflasi terhadap IHSG. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat suku
bunga SBI dan inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap IHSG.
Suraji (2004) menganlisis jumlah uang beredar, tingkat suku bunga,
kurs valuta asing dan inflasi terhadap IHSG. hasil penelitian menunjukkan
inflasi berpengaruh tidak signifikan, sedangkan jumlah uang beredar, tingkat
suku bunga dan kurs valuta asing berpengaruh signifikan terhadap IHSG.
Berdasarkan uraian diatas dan penelitian sebelumnya, maka penulis
ingin melanjutkan penelitian dengan mencoba mengangkat suatu analisis
tentang pengaruh jumlah uang beredar, tingkat suku bunga deposito, kurs
valuta asing terhadap IHSG di BEJ dengan menggunakan data terbaru
sehingga dapat menghasilkan informasi yang lebih relevan dengan kondisi
yang ada pada saat ini. Maka, dalam penyusunan skripsi ini penulis
mengambil judul:
PENDAHULUAN
Pasar modal memiliki peranan penting dalam kegiatan perekonomian
suatu negara. Hampir seluruh negara yang menganut sistem ekonomi pasar
akan mengembangkan pasar modal dan menjadikannya sebagai salah satu
sumber kemajuan ekonomi mereka. Negara modern bahkan menjadikan
kegiatan pasar modal sebagai tolok ukur kinerja yang dicapai. Ini tercermin
dari besar kecilnya indeks harga saham yang dikembangkannya.
Di Indonesia sendiri, kemajuan yang dicapai oleh BEJ semakin
mengukuhkan posisi pasar modal sebagai alternatif pembiayaan investasi yang
menguntungkan disamping cara yang konvensional (kredit perbankan). Sejak
dibukanya kesempatan bagi pemodal asing untuk melakukan investasi besar-
besaran, pasar modal telah menunjukkan peningkatan kinerja seperti kenaikan
kapitalisasi pasar, volume perdagangan, nilai perdagangan dan frekuensi
perdagangan yang merupakan indikator tingkat likuiditas dan aktivitas serta
peningkatan jumlah emiten menunjukkan trend perkembangan yang luar biasa.
Sebagai negara yang sedang melaksanakan pembangunan
perekonomian, Indonesia membutuhkan adanya modal dalam jumlah yang
cukup besar sebanding dengan pertumbuhan yang ditargetkan. dalam hal ini
pasar modal mempunyai peranan yang strategis dalam perekonomian
Indonesia, yaitu membantu pemerintah dalam memenuhi kebutuhan dana
untuk melaksanakan pembangunan. Kondisi perekonomian Indonesia dapat
diketahui dari aktifitas pasar modal yang dicerminkan melalui Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG). IHSG adalah suatu angka yang secara sederhana
menggambarkan rata-rata naik atau turunnya seluruh harga saham di pasar
modal pada saat itu. IHSG yang meningkat dijadikan sebagai tolok ukur
kegirahan di pasar modal, dan sebaliknya IHSG yang menurun merupakan
tolok ukur kelesuan pasar modal (Sjahrir, 1995:130). Berfluktuasinya IHSG
dipengaruhi oleh keadaan ekonomi, politik dan sosial budaya yang terjadi di
Indonesia. Dengan kata lain IHSG sebagai indikator pasar modal adalah
leading indicator ekonomi Indonesia.
Ketika krisis terjadi di Indonesia dan hampir seluruh wilayah di Asia,
pasar modal Indonesia mengalami tantangan yang cukup berat. Kondisi pasar
modal sangat terpuruk, terjadi penurunan IHSG, penurunan laba yang dialami
sebagian emiten serta penurunan finansial yang dialami beberapa perusahaan.
Di sektor moneter terjadi penurunan nilai tukar rupiah terhadap mata uang
asing, naiknya tingkat suku bunga dan juga terjadi inflasi.
Setelah masa krisis, dengan tingkat suku bunga yang masih tinggi
dalam jangka waktu panjang, perusahaan yang memiliki reputasi yang baik
berusaha mendapatkan dana di pasar modal. Sedangkan bagi investor
menurunnya suku bunga simpanan perbankan mendorong mereka untuk
mengalihkan penanaman dananya ke pasar obligasi dan reksa dana. Hal ini
menyebabkan terjadinya peningkatan aktivitas di pasar modal yang dapat
dilihat dari naiknya IHSG.
Suatu perusahaan akan menggunakan semua sumber pembiayaan yang
ada untuk kegiatan investasinya. Proporsi masing-masing sumber dana ini
akan tergantung pada beberapa faktor, misalnya jangka waktu investasi dan
kebijakan deviden payout ratio. Apabila perusahaan membutuhkan dana untuk
investasi jangka panjang yakni lebih dari satu tahun, maka perusahaan tersebut
akan lebih baik jika mencari sumber dana dari penyertaan modal berupa saham
dan utang berupa obligasi yang dapat diperjualbelikan di pasar modal.
Melalui pasar modal, dunia usaha diharapkan dapat memperoleh
sebagian atau bahkan seluruh pembiayaan jangka panjang yang
dibutuhkannya. Disamping itu, salah satu peranan pasar modal adalah sebagai
sarana pemerataan hasil pembangunan melalui kepemilikan saham-saham
perusahaan oleh masyarakat luas.
Investor membeli saham suatu perusahaan dengan harapan
memperoleh keuntungan dikemudian hari sesuai jumlah yang diharapkan
untuk meningkatkan pendapatan dan taraf hidupnya dibandingkan saat
sebelumnya. Kekayaan yang dimiliki diharapkan dapat berkembang secara
terus menerus. Untuk itu investasi diarahakan pada saham-saham dari
perusahaan yang produktif, mempunyai objek bisnis yang prospektif serta
terhindar dari kerugian merosotnya nilai saham akibat pengaruh berbagai
resiko yang paling sering mencancam investor. Resiko investor cukup
beragam, misalnya adanya persaingan yang ketat yang mengancam
kelangsungan usaha, keadaan ekonomi, fluktuasi suku bunga, nilai tukar mata
uang, inflasi yang berdampak menurunnya daya beli masyarakat serta
melemahnya daya saing produk-produk ekspor dan kebijakan pemerintah yang
tidak konstan.
Investasi di pasar modal dipengaruhi oleh berbagai faktor ekonomi
maupun faktor non ekonomi. Untuk menghasilkan keputusan investasi yang
tepat dan menguntungkan para investor perlu melakukan peramalan terhadap
perubahan pasar modal. Dalam melakukan proses peramalan tersebut, investor
perlu menganalisis perubahan ekonomi makro yang sedang dan akan terjadi.
Pengamatan terhadap perubahan beberapa indikator ekonomi makro seperti
inflasi, tingkat, suku, bunga, kurs valuta asing dan jumlah uang beredar
dipercaya bisa membantu investor dalam meramalkan apa yang akan terjadi di
pasar modal. Indikator tersebut akhirnya akan menentukan naik turunnya
indeks di bursa saham. Fluktuasi yang terjadi di pasar modal akan terkait
dengan perubahan yang terjadi pada berbagai perubahan ekonomi makro
(Tandelilin, 2001:211).
Kondisi perekonomian yang sehat tercermin dari indikator-indikator
perekonomian moneter yang semakin membaik. Dengan semakin membaiknya
kondisi perekonomian diharapkan dunia usaha akan memberikan keuntungan
yang lebih besar dengan demikian akan mempengaruhi kinerja sahamnya di
bursa efek.
Bila keadaan ekonomi tidak membaik atau bahkan menurun, hal ini
akan berdampak buruk pada pasar modal. Keadaan ini dapat terlihat pada saat
krisis moneter berlangsung dimana IHSG pernah mencapai titik terendah. Hal
ini mencerminkan bahwa aktivitas bisnis di pasar modal memiliki keterkaitan
erat dengan irama ekonomi makro (Suta, 2000:13). Semakin baik kondisi
perekonomian akan semakin baik pula kondisi pasar modal karena semakin
besar proyeksi keuntungan yang dihasilkan oleh para emiten yang pada
akhirnya akan memperbesar pula deviden yang diterima para pemodal begitu
pula sebaliknya.
IHSG merupakan indikator untuk mengukur harga saham yang
diperdagangkan di bursa efek. Indeks bursa adalah statistik yang menunjukkan
perubahan harga-harga saham pada saat tertentu dalam perbandingan dengan
tanggal dasar. IHSG dihitung oleh BEJ dengan patokan harga saham pada
tanggal 10 Agustus 1982, yaitu tanggal mulai digunakannya IHSG sama
dengan 100. Setelah itu IHSG dihitung dengan rumus IHSG sama dengan nilai
pasar dibanding nilai dasar dikalikan 100 (Jogiyanto, 1998:60).
Daryono dan Endah (2003) menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi Indeks Harga Saham Gabungan di Indonesia. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa jumlah uang beredar dan inflasi mempunyai pengaruh
yang positif, suku bunga deposito berpengaruh negatif, sedangkan kurs valuta
asing tidak berpengaruh terhadap IHSG.
Andri (2002) menganalisis pengaruh tingkat suku bunga terhadap
IHSG. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat suku bunga tidak
berpengaruh terhadap IHSG.
Retno (2004) menganalisis hubungan tingkat suku bunga SBI dan
inflasi terhadap IHSG. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat suku
bunga SBI dan inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap IHSG.
Suraji (2004) menganlisis jumlah uang beredar, tingkat suku bunga,
kurs valuta asing dan inflasi terhadap IHSG. hasil penelitian menunjukkan
inflasi berpengaruh tidak signifikan, sedangkan jumlah uang beredar, tingkat
suku bunga dan kurs valuta asing berpengaruh signifikan terhadap IHSG.
Berdasarkan uraian diatas dan penelitian sebelumnya, maka penulis
ingin melanjutkan penelitian dengan mencoba mengangkat suatu analisis
tentang pengaruh jumlah uang beredar, tingkat suku bunga deposito, kurs
valuta asing terhadap IHSG di BEJ dengan menggunakan data terbaru
sehingga dapat menghasilkan informasi yang lebih relevan dengan kondisi
yang ada pada saat ini. Maka, dalam penyusunan skripsi ini penulis
mengambil judul: