BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pengertian pasar modal menurut Husnan (2003:3) yaitu pasar untuk
berbagai instrumen keuangan (sekuritas) jangka panjang yang bisa
diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang (obligasi) maupun penyertaan modal
(saham), baik yang diterbitkan oleh pemerintah, public authorities, maupun
perusahaan swasta. Keberadaan institusi ini bukan hanya sebagai wahana
pembiayaan, tetapi juga sebagai sarana investasi yang melibatkan seluruh potensi
dana masyarakat, baik yang ada dikantong dalam negeri maupun pundi-pundi
yang tersedia diluar negeri. Pemanfaatan pasar modal sebagai sarana investasi
bukan hanya oleh pemodal lokal tetapi juga pemodal asing. Dari sini dapat kita
ketahui bahwa pasar modal bisa memenuhi kebutuhan dana, baik bagi swasta
maupun pemerintah dan BUMN.
Sebagai suatu instrumen ekonomi, pasar modal tidak terlepas dari
berbagai pegaruh lingkungan, terutama lingkungan ekonomi dan politik. Pengaruh
lingkungan ekonomi mikro seperti kinerja perusahaan, perubahan strategi
perusahaan (misalnya kebijakan merger atau divestasi), pengumuman laporan
keuangan atau dividen perusahaan, selalu mendapat tanggapan dari para pelaku
pasar di pasar modal. Selain itu perubahan lingkungan ekonomi makro yang
terjadi seperti perubahan suku bunga tabungan dan deposito, kurs valuta asing,
inflasi, serta berbagai regulasi dan deregulasi ekonomi yang dikeluarkan
1
2
pemerintah, turut berpengaruh pada fluktuasi harga dan volume perdagangan di
pasar modal. Walaupun tidak terkait secara langsung dengan dinamika yang
terjadi di pasar modal, namun lingkungan nonekonomi tidak dapat dipisahkan dari
aktivitas bursa saham. Bebagai isu seperti kepedulian terhadap lingkungan hidup,
hak asasi manusia, serta peristiwa-peristiwa politik seringkali menjadi faktor
utama pemicu fluktuasi harga saham di bursa efek seluruh dunia. Makin
pentingnya peran bursa saham dalam kegiatan ekonomi, membuat bursa makin
sensitif terhadap berbagai peritiwa di sekitarnya, baik berkaitan ataupun tidak
berkaitan secara langsung dengan isu ekonomi (Suryawijaya dan Setiawan, 1998).
Pengambilan informasi yang relevan sebagai pertimbangan untuk
mengambil keputusan dalam melakukan investasi di pasar modal mutlak
diperlukan oleh seorang investor. Kualitas informasi dapat dilihat dari muatan
yang terkandung dalam informasi dari muatan tersebut dapat dilihat atau tidaknya
terhadap aktivitas pasar modal. Informasi tersebut dibutuhkan untuk menetapkan
harga saham sehingga mencerminkan hubungan antara tingkat resiko sehingga
konsekuensi yang mungkin harus dihadapi atau keuntungan yang akan diperoleh
sebagai imbalan atas investasi yang telah dilakukan, dan bagi para investor untuk
memperoleh portofolio sebagai preferensinya sendiri dalam mendapatkan tingkat
pengembalian maksimum dengan tingkat resiko tertentu. Makin pentingnya peran
bursa dalam kegiatan ekonomi, membuat semakin sensitif terhadap berbagai
peristiwa disekitarnya baik berkaitan ataupun tidak berkaitan secara langsung
dengan peristiwa ekonomi. Peristiwa politik erat dengan stabilitas perekonomian
suatu negara. Hal ini disebabkan karena rendahnya risiko kerugian yang
3
diakibatkan oleh faktor non ekonomi, sehingga adanya peristiwa politik yang
mengancam stabilitas negara seperti pemilu, pergantian kepala negara ataupun
berbagai kerusuhan politik, condong mendapatkan respon negatif dari pelaku
pasar.
Salah satu event yang menarik untuk diuji kekuatan muatan informasi
dari suatu peristiwa politik terhadap aktivitas bursa efek adalah pelaksanan
pemilihan presiden dan wakil presiden Indonesia secara langsung tahun 2004.
Event yang dipilih pada Pemilu Presiden putaran kedua pada tanggal 20
September 2004, karena peristiwa ini akan menentukan siapa tokoh yang akan
menjadi pemimpin bangsa yang baru pertama kali dalam sejarah bangsa Indonesia
dipilih secara langsung oleh rakyat bangsa Indonesia. Meskipun perhitungan
perolehan suara pemilihan paket capres dan cawapres tahap kedua ini belum
selesai tetapi para pakar politik dan ahli statistik sudah mulai dapat menebak
hasilnya. Dari hasil kalkulasi sementara, paket SBY-Kalla lebih unggul dibanding
dengan lawannya yaitu pasangan Megawati-Hasyim Muzadi.
Tanda-tanda kemenangan pasangan SBY-Kalla dalam pemilu presiden
terus direspons pasar. Meskipun belum resmi terpilih sudah terjadi euforia di
pasar saham dan kemungkinan akan berlangsung cukup lama. Reaksi pasar itu
membuktikan SBY-Kalla dapat diterima pasar. Sehari setelah pemilu presiden
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Jakarta (BEJ) mencatat
rekor tertinggi yang ditutup naik 9,232 poin dibanding sehari sebelumnya dan
berada di posisi 823,858. Hal ini merupakan catatan IHSG tertinggi di BEJ. Rekor
tertinggi sebelumnya terjadi pada 27 April 2004 lalu berada di level 818,159.
4
Selama perdagangan di pasar reguler juga terjadi transaksi cukup sibuk, yaitu
mencapai 21.524 transaksi, dan terjadi perpindahan saham sebanyak 3.696.089 lot
senilai Rp 1,839 triliun. Tercatat ada 68 saham yang harganya melambung, 28
saham harganya turun, dan 265 saham harganya stabil. Seluruh indeks mengalami
kenaikan. Indeks LQ45 naik 2,103 poin menjadi 179,807. Jakarta Islamic Index
(JII) naik 2,297 poin di level 137,025. Indeks papan atas (MBX) naik 3,607 poin
di 220,015. Indeks Papan Pengembangan (DBX) naik 0,739 poin menjadi
191,900. Hanya saja euforia di pasar saham tidak terjadi di pasar uang, atau
setidaknya tidak seperti di pasar modal. Di pasar spot antarbank Jakarta rupiah
ditutup melemah pada posisi Rp 9.025/dolar AS, sementara sehari sebelumnya
bertengger di level Rp 9.010 (Suara Pembaharuan, 22 September 2004).
Seperti pada peristiwa politik sebelumnya, para analis dari perusahaan
investasi pun ikut beropini. Misalnya menurut Stuart Goh dari Pacific Asset
Management Ltd. figur SBY-Kalla adalah calon pemimpin yang dapat diterima
pasar sebagai orang kuat yang mampu mengendalikan sejumlah perbedaan di
Indonesia. Sebuah pujian yang tinggi bagi mantan Menko Polkam itu. Sebenarnya
pujian itu tidak terlalu mengejutkan. Karena sejak April, saat duet SBY-Kalla
baru terbentuk, para analis pasar modal dalam negeri pun mengganggap kedua
tokoh itu sebagai pasangan yang paling ideal dan diterima pasar. Alasannya
sederhana, kedua figur itu memiliki kemampuan yang saling melengkapi. SBY
dinilai memahami dinamika sosial-ekonomi diwilayah barat Indonesia dan Kalla
memahami tentang kondisi Kawasan Indonesia Timur (Bisnis, 8 Juli 2004).
5
Menurut Hartono (2000:392-393), Pengujian kandungan informasi
dimaksudkan untuk melihat reaksi dari suatu pengumuman. Jika pengumuman
mengandung informasi, maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu
pengumuman tersebut diterima oleh pasar. Reaksi pasar dapat ditunjukkan dengan
adanya perubahan harga dari sekuritas bersangkutan yang dapat diukur dengan
menggunakan return sebagai nilai perubahan harga atau dengan menggunakan
abnormal return. Jika digunakan abnormal return, maka dapat dikatakan bahwa
suatu pengumuman yang mempunyai kandungan informasi akan memberikan
abnormal return. Sebaliknya yang tidak mengandung informasi tidak memberikan
abnormal return kepada pasar.
Penelitian ini mencoba menguji hubungan antara peristiwa politik dalam
negara dengan perubahan harga saham. Penelitian ini mencoba menguji kekuatan
muatan informasi dari suatu peristiwa yang mengancam keamanan suatu negara
terhadap harga saham di bursa efek yang ditunjukkan dengan perubahan harga
saham di Bursa Efek Jakarta terhadap event yang berupa peristiwa politik dalam
negeri.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan masalah dalam
penelitian ini adalah:
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pengertian pasar modal menurut Husnan (2003:3) yaitu pasar untuk
berbagai instrumen keuangan (sekuritas) jangka panjang yang bisa
diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang (obligasi) maupun penyertaan modal
(saham), baik yang diterbitkan oleh pemerintah, public authorities, maupun
perusahaan swasta. Keberadaan institusi ini bukan hanya sebagai wahana
pembiayaan, tetapi juga sebagai sarana investasi yang melibatkan seluruh potensi
dana masyarakat, baik yang ada dikantong dalam negeri maupun pundi-pundi
yang tersedia diluar negeri. Pemanfaatan pasar modal sebagai sarana investasi
bukan hanya oleh pemodal lokal tetapi juga pemodal asing. Dari sini dapat kita
ketahui bahwa pasar modal bisa memenuhi kebutuhan dana, baik bagi swasta
maupun pemerintah dan BUMN.
Sebagai suatu instrumen ekonomi, pasar modal tidak terlepas dari
berbagai pegaruh lingkungan, terutama lingkungan ekonomi dan politik. Pengaruh
lingkungan ekonomi mikro seperti kinerja perusahaan, perubahan strategi
perusahaan (misalnya kebijakan merger atau divestasi), pengumuman laporan
keuangan atau dividen perusahaan, selalu mendapat tanggapan dari para pelaku
pasar di pasar modal. Selain itu perubahan lingkungan ekonomi makro yang
terjadi seperti perubahan suku bunga tabungan dan deposito, kurs valuta asing,
inflasi, serta berbagai regulasi dan deregulasi ekonomi yang dikeluarkan
1
2
pemerintah, turut berpengaruh pada fluktuasi harga dan volume perdagangan di
pasar modal. Walaupun tidak terkait secara langsung dengan dinamika yang
terjadi di pasar modal, namun lingkungan nonekonomi tidak dapat dipisahkan dari
aktivitas bursa saham. Bebagai isu seperti kepedulian terhadap lingkungan hidup,
hak asasi manusia, serta peristiwa-peristiwa politik seringkali menjadi faktor
utama pemicu fluktuasi harga saham di bursa efek seluruh dunia. Makin
pentingnya peran bursa saham dalam kegiatan ekonomi, membuat bursa makin
sensitif terhadap berbagai peritiwa di sekitarnya, baik berkaitan ataupun tidak
berkaitan secara langsung dengan isu ekonomi (Suryawijaya dan Setiawan, 1998).
Pengambilan informasi yang relevan sebagai pertimbangan untuk
mengambil keputusan dalam melakukan investasi di pasar modal mutlak
diperlukan oleh seorang investor. Kualitas informasi dapat dilihat dari muatan
yang terkandung dalam informasi dari muatan tersebut dapat dilihat atau tidaknya
terhadap aktivitas pasar modal. Informasi tersebut dibutuhkan untuk menetapkan
harga saham sehingga mencerminkan hubungan antara tingkat resiko sehingga
konsekuensi yang mungkin harus dihadapi atau keuntungan yang akan diperoleh
sebagai imbalan atas investasi yang telah dilakukan, dan bagi para investor untuk
memperoleh portofolio sebagai preferensinya sendiri dalam mendapatkan tingkat
pengembalian maksimum dengan tingkat resiko tertentu. Makin pentingnya peran
bursa dalam kegiatan ekonomi, membuat semakin sensitif terhadap berbagai
peristiwa disekitarnya baik berkaitan ataupun tidak berkaitan secara langsung
dengan peristiwa ekonomi. Peristiwa politik erat dengan stabilitas perekonomian
suatu negara. Hal ini disebabkan karena rendahnya risiko kerugian yang
3
diakibatkan oleh faktor non ekonomi, sehingga adanya peristiwa politik yang
mengancam stabilitas negara seperti pemilu, pergantian kepala negara ataupun
berbagai kerusuhan politik, condong mendapatkan respon negatif dari pelaku
pasar.
Salah satu event yang menarik untuk diuji kekuatan muatan informasi
dari suatu peristiwa politik terhadap aktivitas bursa efek adalah pelaksanan
pemilihan presiden dan wakil presiden Indonesia secara langsung tahun 2004.
Event yang dipilih pada Pemilu Presiden putaran kedua pada tanggal 20
September 2004, karena peristiwa ini akan menentukan siapa tokoh yang akan
menjadi pemimpin bangsa yang baru pertama kali dalam sejarah bangsa Indonesia
dipilih secara langsung oleh rakyat bangsa Indonesia. Meskipun perhitungan
perolehan suara pemilihan paket capres dan cawapres tahap kedua ini belum
selesai tetapi para pakar politik dan ahli statistik sudah mulai dapat menebak
hasilnya. Dari hasil kalkulasi sementara, paket SBY-Kalla lebih unggul dibanding
dengan lawannya yaitu pasangan Megawati-Hasyim Muzadi.
Tanda-tanda kemenangan pasangan SBY-Kalla dalam pemilu presiden
terus direspons pasar. Meskipun belum resmi terpilih sudah terjadi euforia di
pasar saham dan kemungkinan akan berlangsung cukup lama. Reaksi pasar itu
membuktikan SBY-Kalla dapat diterima pasar. Sehari setelah pemilu presiden
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Jakarta (BEJ) mencatat
rekor tertinggi yang ditutup naik 9,232 poin dibanding sehari sebelumnya dan
berada di posisi 823,858. Hal ini merupakan catatan IHSG tertinggi di BEJ. Rekor
tertinggi sebelumnya terjadi pada 27 April 2004 lalu berada di level 818,159.
4
Selama perdagangan di pasar reguler juga terjadi transaksi cukup sibuk, yaitu
mencapai 21.524 transaksi, dan terjadi perpindahan saham sebanyak 3.696.089 lot
senilai Rp 1,839 triliun. Tercatat ada 68 saham yang harganya melambung, 28
saham harganya turun, dan 265 saham harganya stabil. Seluruh indeks mengalami
kenaikan. Indeks LQ45 naik 2,103 poin menjadi 179,807. Jakarta Islamic Index
(JII) naik 2,297 poin di level 137,025. Indeks papan atas (MBX) naik 3,607 poin
di 220,015. Indeks Papan Pengembangan (DBX) naik 0,739 poin menjadi
191,900. Hanya saja euforia di pasar saham tidak terjadi di pasar uang, atau
setidaknya tidak seperti di pasar modal. Di pasar spot antarbank Jakarta rupiah
ditutup melemah pada posisi Rp 9.025/dolar AS, sementara sehari sebelumnya
bertengger di level Rp 9.010 (Suara Pembaharuan, 22 September 2004).
Seperti pada peristiwa politik sebelumnya, para analis dari perusahaan
investasi pun ikut beropini. Misalnya menurut Stuart Goh dari Pacific Asset
Management Ltd. figur SBY-Kalla adalah calon pemimpin yang dapat diterima
pasar sebagai orang kuat yang mampu mengendalikan sejumlah perbedaan di
Indonesia. Sebuah pujian yang tinggi bagi mantan Menko Polkam itu. Sebenarnya
pujian itu tidak terlalu mengejutkan. Karena sejak April, saat duet SBY-Kalla
baru terbentuk, para analis pasar modal dalam negeri pun mengganggap kedua
tokoh itu sebagai pasangan yang paling ideal dan diterima pasar. Alasannya
sederhana, kedua figur itu memiliki kemampuan yang saling melengkapi. SBY
dinilai memahami dinamika sosial-ekonomi diwilayah barat Indonesia dan Kalla
memahami tentang kondisi Kawasan Indonesia Timur (Bisnis, 8 Juli 2004).
5
Menurut Hartono (2000:392-393), Pengujian kandungan informasi
dimaksudkan untuk melihat reaksi dari suatu pengumuman. Jika pengumuman
mengandung informasi, maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu
pengumuman tersebut diterima oleh pasar. Reaksi pasar dapat ditunjukkan dengan
adanya perubahan harga dari sekuritas bersangkutan yang dapat diukur dengan
menggunakan return sebagai nilai perubahan harga atau dengan menggunakan
abnormal return. Jika digunakan abnormal return, maka dapat dikatakan bahwa
suatu pengumuman yang mempunyai kandungan informasi akan memberikan
abnormal return. Sebaliknya yang tidak mengandung informasi tidak memberikan
abnormal return kepada pasar.
Penelitian ini mencoba menguji hubungan antara peristiwa politik dalam
negara dengan perubahan harga saham. Penelitian ini mencoba menguji kekuatan
muatan informasi dari suatu peristiwa yang mengancam keamanan suatu negara
terhadap harga saham di bursa efek yang ditunjukkan dengan perubahan harga
saham di Bursa Efek Jakarta terhadap event yang berupa peristiwa politik dalam
negeri.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan masalah dalam
penelitian ini adalah: